Disebelah ujung yang lain terdapat susunan batu besar yang saya bilang cukup unik. Batu tersebut soalah-olah bertumpu pada batu yang lain dengan bagian bawah seperti membentuk terowongan. Di dekat terowongan ini terdapat gua kecil yang tampak begitu misterius, dengan rasa penasaran saya coba untuk mendekati dan masuk kedalamnya. Ternyata didalam hanya berisi sampah-sampah dari pengunjung, sungguh disayangkan sekali pantai se perawan ini sudah mulai dikotori sampah dari pengunjung.
Mengintip di ujung pantai Seruni ini terdapat pantai lain yang terlihat
begitu sepi. Saya sendiri tidak tahu nama pantai tersebut. Saya sibuk mengagumi
bentuk batu-batuan yang terhampar di pantai ini. Dan kadang kita bisa menemukan
ikan-ikan kecil yang terperangkap didalamnya.
Setelah puas berkeliling pantai ini, saatnya untuk berkemas pulang. Tapi sayang
sekali, saat kami pulang, hujan gerimis menghadang perjalanan pulang kami. Sembari
berteduh, kami sempatkan ngobrol-ngobrol dengan mbak-mbak penjual makanan kecil
di dekat area parkir yang ternyata anak dari pemilik tanah disekitar tanah ini.
Dengan ditemani kacang pemberian mbak tersebut. Kami ngobrol panjang tentang
keadaan pantai ini yang ternyata sempat mau dibeli oleh pihak swasta untuk
dijadikan kawasan resort, akan tetapi ditolak olah sang pemilik tanah karena
tanah tersebut akan diberikan kepada anak cucunya kelak dan tidak rela jika
nantinya keluarga mereka malah bekerja kepada pihak swasta tersebut sebagai
pengurus resort.
Tak terasa hujan mulai sedikit reda. Dihiasi sepatu kami yang penuh dengan
tanah liat. Kami mencoba mendorong motor agar bisa berjalan melintasi jalan
pulang yang menjadi licin karena penuh dengan tanah liat basah yang bisa
mengakibatkankan selip saat berkendara. Bagi yang ingin membeli oleh-oleh
mungkin bisa membeli sate belalang yang banyak dijual disepanjang jalan pantai
ini. Saya sendiri kurang begitu berminat dan langsung segera pulang.